Salah satu dari tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton, United Kingdom, Wulan Koaguow yang mendeteksi kandungan parasetamol di dua titik di Teluk Jakarta, namun mengaku belum tahu bahaya parasetamol itu terhadap lingkungan. Menurut dia, perlu riset lebih lanjut untuk menelitinya.
"Jika konsentrasinya selalu tinggi dalam jangka panjang, ini menjadi kekhawatiran kami karena berpotensi buruk bagi hewan laut," ujar Wulan dalam keterangan tertulis, Senin, 4 Oktober 2021.
Tim peneliti menemukan kandungan parasetamol di muara sungai Angke sebesar 610 ng/L dan muara sungai Ciliwung Ancol 420 ng/L.
Baca Juga :
Wulan mengatakan hasil penelitian di laboratorium mereka menunjukkan pemaparan parasetamol pada konsentrasi 40 ng/L telah menyebabkan atresia pada kerang betina dan reaksi pembengkakan. Beberapa hasil penelitian seperti Korea Selatan menyebutkan bahwa zooplankton yang terpapar parasetamol bisa menyebakan peningkatan stress hewan, dan oxydative stress.
"Yakni ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan sistem antiosidan, yang berperan dalam mempertahankan homeostasis," ujar dia.
Jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia lainnya, kata Wulan, konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta (420-610 ng/L) tergolong tinggi. Misalnya bila dikomparasikan dengan pantai Brazil (34. 6 ng/L) dan pantai utara Portugis (51.2 – 584 ng/L).
Baca Juga :
Hasil studi BRIN ini dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia. Riset dilakukan oleh Wulan Koagouw, Zainal Arifin, George Olivier dan Corina Ciocan. Penelitian ini menginvestigasi beberapa kontaminan air dari empat lokasi di Teluk Jakarta yaitu: Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing; serta sat u lokasi di pantai utara Jawa Tengah yakni Pantai Eretan. Di Angke dan Ancol, mereka mendapati kandungan parasetamol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar